Sunday, 11 November 2018

Contoh Makalah : Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia dalam Aspek Sosial Budaya, Dan Pertahanan Keamanan


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puja dan puji syukur sudah selayaknya dihaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya yang berupa kesehatan, kelancaran, dan kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendidikan kewarganegaraan ini dengan tema Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia dalam Aspek Sosial Budaya, Dan Pertahanan Keamanan.


Adapun makalah pendidikan kewarganegaraan dengan tema Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia dalam Aspek Sosial Budaya, Dan Pertahanan Keamanan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi yang lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka, kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga kami bisa memperbaiki lagi makalah pendidikan kewarganegaraan ini.
Akhir kata, kami berharap semoga dari makalah pendidikan kewarganegaraan ini bisa diambil manfaat dan hikmahnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap semua pembaca makalah ini.



Yogyakarta,   September 2015




BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Ketahanan nasional berkisar pada masalah pengembangan kehidupan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidup sebagai suatu bangsa. Karena tantangan kehidupan nasional senantiasa berubah dari waktu ke waktu, maka kondisi ketahanan nasional harus merupakan kondisi dinamis, yang selalu berkembang sesuai dengan tantangan yang dihadapi.
Gagasan pokok dari ajaran ketahanan nasional adalah bahwa suatu bangsa atau Negara hanya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya manakala bangsa yang bersangkuatan memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan. Mengingat tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara itu bisa datang dari berbagai aspek, oleh karena itu ketahanan nasional pun harus meliputi berbagai aspek kehidupan tersebut. Aspek-aspek ketahanan nasional meliputi aspek alami dan aspek sosial. Aspek sosial mencakup aspek ideologi, aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan. Untuk itu dalam makalah ini penyusun akan membahas lebih dalam mengenai aspek-aspek sosial ketahanan nasional terutama aspek sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan.

2.      Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
1)      Bagaimana aspek-aspek tersebut dalam membantu mewujudkan ketahanan nasional ?
2)      Permasalahan apa saja yang dapat mengancam ketahanan nasional di lihat dari masing-masing aspek?
3)      Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan agar dapat mewujudkan ketahanan nasional dilihat dari masing-masing aspek?

3.      Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1)      Agar mahasiswa mengetahui, mengerti dan memahami tentang ketahanan nasional
2)      Agar mahasiswa mengerti dan memahami aspek-aspek ketahanan nasional
3)      Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan cara memepertahankankan suatu bangsa ditinjau dari aspek-aspek sosialnya.
4)      Agar mahasiswa bisa meningkatkan jiwa nasionalismenya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ketahanan Nasional
1.      Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan berasal dari asal kata “tahan” ; tahan menderita, tabah kuat, dapat menguasai diri, tidak kenal menyerah. Ketahanan berarti berbicara tentang peri hal kuat, keteguhan hati, atau ketabahan. Dengan demikian istilah ketahanan nasional adalah perihal keteguhan hati untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung dan tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar Tujuan Nasionalnya.

2.      Perkembangan Konsepsi Ketahanan Nasional
Pada tahun 1968 pemikiran tentang kesiapan menghadapi tantangan dan ancaman itu harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk perisai (tameng) yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial budaya dan militer dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional).  Tameng yang dimaksud adalah sublimasi dari konsep kekuatan dari SSKAD. Secara konseptual pemikiran Lemhanas merupakan langkah maju dibanding sebelumnya, yaitu ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial dan militer. Pada tahun 1969 lahir istilah Ketahanan Nasional, yang dirumuskan sebagai : “Keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia”. Kesadaran akan spektrum ini pada tahun 1972 diperluas menjadi hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). Saat itu konsepsi Ketahanan Nasional diperbaharui dan diartikan sebagai : “Kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional”.
Dari sini dikenal tiga konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia. yakni konsepsi tahun 1968, tahun 1969 dan tahun 1972. Menurut konsepsi tahun 1968 dan 1969 ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan, sedang pada konsepsi 1972 ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan. Jika pada dua konsepsi sebelumnya dikenal istilah IPOLEKSOM (Panca Gatra), dalam konsepsi tahun 1972 diperluas dan disempurnakan berdasar asas Asta Gatra (Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas, 1980: 95-96). Pada tahun-tahun selanjutnya konsepsi ketahanan nasional dimasukkan ke dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yakni mulai GBHN 1973 sampai dengan GBHN 1998.
Sebagaimana telah dinyatakan dalam GBHN 1998, pengertian ketahanan nasional terdiri atas 3 konsep, yakni Ketahanan Nasional sebagai kondisi, Ketahanan Nasional sebagai metode atau pendekatan, dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin pengaturan bernegara. Sebagai kajian akademik, kita tidak menggunakan konsepsi ketahanan sebagai doktrin tetapi sebagai kondisi. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Aspek kehidupan tersebut telah dielaborasi dalam wujud Asta Gatra yang meliputi Tri Gatra (aspek alamiah) dan Panca Gatra (aspek sosial). Ketahanan nasional juga merupakan pendekatan yang utuh menyeluruh, yakni mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa. Aspek tersebut juga telah terangkum dalam Asta Gatra Ketahanan Nasional.
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, dikemukakan adanya sejumlah unsur atau faktor yang selanjutnya diistilahkan sebagai gatra. Gatra Ketahanan Nasional Indonesia disebut Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri atas Tri Gatra (tiga gatra) dan Panca Gatra (lima gatra). Unsur atau gatra dalam Ketahanan Nasional Indonesia tersebut adalah sebagai berikut;
Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra), yaitu :
1)      Gatra letak dan kedudukan geografi
2)      Gatra keadaan dan kekayaan alam
3)      Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu :
1)      Gatra ideology
2)      Gatra politik
3)      Gatra ekonomi
4)      Gatra sosial budaya (sosbud)
5)      Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)

B.     Pertahanan Nasional Dalam Aspek Sosial (Panca Gatra)
1.      Aspek Ideologi
Ideologi suatu negara diartikan sebagai guiding of principles atau prinsip yang dijadikan dasar atau pemberi arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam melangsungkan dan mengembangkan hidup dan kehidupan nasional suatu bangsa (negara). Ideologi adalah pengetahuan dasar atau cita-cita. Dengan kata lain, agar bangsa Indonesia memiliki ketahanan di bidang ideologi, Pancasila harus dijadikan pandangan hidup bangsa dan diperlukan pengamalan secara objektif dan subjektif. Semakin tinggi kesadaran suatu bangsa untuk melaksanakan ideologi akan semakin tinggi ketahanan di bidang ideologi.

2.      Aspek Politik
Dalam hal ini politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Sistem politik yang dilaksanakan biasanya merupakan pencerminan interaksi antara masukan dan keluaran. Keseimbangan antara masukan dan keluaran itu bersifat dinamis dan atau selalu berubah-ubah sesuai dengan tingkat stabilitas nasional. Upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara masukan dan keluaran berdasarkan Pancasila dan merupakan pencerminan dari demokrasi Pancasila.

3.      Aspek Ekonomi
Upaya meningkatkan ketahanan ekonomi adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi dan kelancaran barang dan jasa secara merata ke seluruh wilayah negara.  Ketahanan di bidang ekonomi sangat erat sekali dengan ketahanan nasional. Dalam usaha mewujudkan ketahan ekonomi bangsa diperlukan stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis dan mampu menciptakan kemandirian dengan daya saing tinggi serta muaranya untuk kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Pembangunan diharapkan dapat memantabkan ketahanan ekonomi, iklim usaha yang sehat, memanfaatkan Iptek, tersedianya barang dan jasa, serta meningkatkan daya saing dalam lingkup perekonomian global.

4.      Aspek Sosial Budaya
a.      Pengertian
Kata sosial dapat diartikan sebagai Pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan, solidaritas yang merupakan unsur pemersatu, sedangkan kata budaya merupakan sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan. Aspek sosial menyangkut masyarakat, yang berarti mengacu pada orang-orangnya, sedangkan aspek budaya menyangkut kebudayaan, yang berarti mengacu pada sistem nilai, sistem ide kepercayaan, teknologi, pencaharian, dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun dalam kenyataan masyarakat dan kebudayaan memang merupakan dua hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan, sebab dimana ada masyarakat disitu ada kebudayaan.

b.      Struktur Sosial di Indonesia
Struktur masyarakat di Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat di Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal antar lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Perbedaan sosial baik secar vertikal maupan horizontal pada akhirnya harus juga dilihat sebagai perbedaan kepentingan yang akan membuka kemungkinan terjainya benturan secara fisik antar kelompok yang akan mengganggu ketahan nasional. Oleh karena itu maka persoalan yang timbul dari struktur masyarakat Indonesia yang demikain adalah bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan nasional yang mantap.

c.       Ketahanan di Bidang Sosial Budaya
Ketahanan dibidang sosial budaya dapat digambarkan sebagai kondisi dimana masyarakat Indonesia diwarnai berbagai keanekaragaman dan menggambarkan adanya pelapisan dalam berbagai aspeknya dapat terwujud integrasi sosial yang mantap. Dalam aspek kebudayaan sistem nilai budaya masyarakat Indonesia mampu menanggapi berbagai pengaruh perubahan dengan cara mempertahankan nilai-nilai budaya asli yang dianggap baik serta kesidiaan untuk menerima pengaruh yang datang dari luar demi kemajuan bangsa.
Untuk itu segala perbedaan yang ada didalam masyarakat hendaknya tidak ditanggapi sebagai keadaan yang menghambat persatuan dan kesatuan bangsa, melainkan sebagai kekayaan bangsa yang dapat dijadiakn sebagai sumber bagi pengembangan kehidupan nasional. Dengan kata lain perbedaan yang ada tidak dilihat sebagai sebuah pertentangan, akan tetapi sebagai kondisi yang saling melengkapi secara fungsional. Dibidang kebudayaan, ketahanan budaya antara lain ditentukan oleh kemampuan kita menanggapi secara arif pengaruh nilai-nilai budaya dari luar untuk mengembangkan atau memperkaya, serta meningkatkan kualitas budaya nasional. Hal itu berarti bahwa kita tidak boleh bersikap a-priori terhadap nilai-nilai budaya sendiri maupun teradap nilai budaya yang datang dari luar.
Guna memperkokoh ketahanan budaya perlu dikembangkan sistem nilai budaya yang mendukung terjadinya perubahan kearah kemajuan, sebab kemajuan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi, akan tetapi juaga ditentukan oleh faktor non-ekonomi, yang dalam hal ini adalah sistem nilai budaya yang mendukung kemajuan itu sendiri. Sistem nilai budaya yang dimaksud disini adalah seperti nilai kedisplinan dan menghargai waktu, orientasi kemasa depan, percaya akan kemanfaatan iptek, dan sikap menghargai materi tanpa harus menjadi seorang matrealistis.
Ketahanan budaya juga perlu diwujudkan dengan memberikan ruang dan kesempatan bagi bermacam-macam kebudayaan daerah untuk tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga memperkaya kebudayaan nasional. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai diantara pendukung kebudayaan daerah yang berbeda, serta kesediaan untuk mensikapi berbagai persoalan kebudayaan dengan perspektif sistem nilai dalam masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dan bukan dengan perspektif sistem nilai pihak lain. Disinilah diperlukan kesadaran multikultural yakni kesadaran akan keberadaan diri ditengah-tengah komunitas yang didalamnya di warnai oleh adanya perbedaan-perbedaan, baik perbedaan suku, agama, kebudayaan, dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian setiap perbedaan selayaknya dipandang sebagai suatu kenyataan yang wajar, kenyataan yang harus diterima sebagaimana adanya, dan tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan terjadinya perpecahan.

5.      Aspek Pertahanan Dan Keamanan
a.        Pengertian
Pertahanan dan keamanan merupakan daya upaya seluruh rakyat indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup bangsa dan negara indonesia. Pertahanan dan keamanan republic indonesia dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan seluruh rakyat secara terpadu dan terorganisir.

b.        Penyelenggaraan Pertahanan Dan Keamanan NKRI
Pertahanan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan negara untuk menghadapi tantangan yang datang dari luar (tantangan eksternal). Sedangakan keamanan merupakan upaya untuk menghadapi tantangan yang berasal dari dalam ( tantangan internal). Fungsi pertahanan terutama menjadi tanggung jawab tni, sedangkan fungsi keamanan terutama menjadi tanggung jawab polri. Namun demikian dalam kenyataan keduanya saling terkait dan sulit dipisahkan satu sama lain.
Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara republik indonesia dilandasi oleh idiil pancasila , landasan konstitusional uud 1945 dan landasan visional wawasan nusantara. Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan indonesia pada akhirnya tidak dapat dilepaskan dari pandangan bangsa indonesia tentang perang dan damai. Indonesia ingin bersahabat dengan semua bangsa di dunia serta serta tidak menghendaki adanya peperangan. Namun bangsa indonesia bersedia perang apabila ada pihak yang mengganggu kemerdekaan.

c.         Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamanan
Postur kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan, dan gelar kekuatan. Dalam membangun kekuatan hankam terdapat empat pendekatan, yaitu pendekatan ancaman, misi, kewilayahan, dan politik. Pada konteks ini perlu ada pembagian tugas dan fungsi yang jelas antara masalah keamanan dan pertahanan. Pertahanan diserahkan kepada tni, sedang keamanan dalam negeri diserahkan kepada polri. Tni dapat dilibatkan untuk menangani masalah dalam negeri jika polri tidak mampu karena eskalasi ancaman yang meningkat ke keadaan darurat.
Perumusan hakikat ancaman perlu mempertimbangkan kondisi geografi indonesia serta tingkat perkembangan ilmu dan tekhnologi. Wilayah indonesia yang dua pertiganya adalah wilayah laut menempatkan laut dan udara diatasnya sebagai mandala perang yang pertama kali akan diancam,karena digunakan sebagai initial point untuk memasuki wilayah tersebut.
Bergesernya geopolitik ke geoekonomi mengandung arti semakin canggihnya diplomasi guna mencapai tujuan politik dan ekonomi. Suatu hal yang perlu menjadi perhatian adalah pihak-pohak asing yang ingin mempunyai kepentingan dengan indonesia sebelum melakukan agresi akan berusaha menggunakan saluran diplomasi dan membangun opini untuk mencari dukungan di dunia internasional sebagai pembenaran atas tindakannya.  Dinamika perkembangan lingkungan strategis mengisyaratkan pergeseran geopolitik ke geoekonomi membawa perubahan dalam penetapan kebijakan dan strategi negara-negara dunia dalam mewujudkan kepentingannya. Untuk menghadapi persoalan seperti ini postur kekuatan hankam yang memiliki keprofesionalan yang tinggi untuk melaksanakan:
1)        Kegiatan intel strategi dalam sebuah aspek kehidupan nasional
2)        Melaksanakan upaya pertahanan darat, laut, dan udara
3)        Memelihara dan menegakkan keamanan dalam negeri secara berkelanjutan dalam sebuah aspek kehidupan nasional
4)        Membina potensi dan kekuatan wilayah dalam semua aspek kehidupan nasional untuk meningkatkan ketahanan nasional
5)        Memelihara kestabilan nasioanal dan ketahanan nasional secara menyeluruh dan berlanjut
Dengan mempertimbangkan keterbatasan biaya yang tersedia,serta mengacu pada pengembangan kekuatan hankam dinegara lain yang menggunakan pendekatan misi, yaitu hanya untuk melindungi diri dan bukan untuk invansi, maka konsep “standing armed forces” perlu dikembangkan. Dengan susunan kekuatan sebagai berikut:
1)        Perlawanan bersentaja yang terdiri atas bala nyata yang merupakan kekuatan tni yang selalu siap, dan yang dibina kekuatan cadangan serta bala potensial yang terdiri dari polri dan ratih sebagai fungsi perlawanan rakyat.
2)        Perlawanan tidak bersenjata yang terdiri dari ratih dengan fungsi tribum, linra, karma, dan wanra.
3)        Komponen pendukung perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang profesinya dengan memanfaatkan semua sumber daya nasional, sarana dan prasarana serta perlindungan masyarakat terhadap bencana perang dan bencana lainnya.

C.    Contoh Kasus Ketahanan Nasional dalam Aspek Sosial (Panca Gatra)
1.      Ketahanan Nasional dalam Aspek Sosial Budaya
Klaim Negeri Jiran Yang Serumpun
Telah beberapa kali negeri Jiran Malaysia membuat panas hati sebagian besar masyarakat Indonesia. Negara yang mengusung slogan “Truly Asia” itu telah berulang kali mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai miliknya. Berikut sebagian datanya :
a.       Agustus 2007 - Malaysia mengklaim dan mempatenkan batik motif “Parang Rusak”, angklung, wayang kulit hingga rendang.  Sehingga Sekjen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar menyatakan bahwa pemerintah telah mendaftarkan batik dan angklung ke UNESCO, sebagai masterpiece world heritage.  Langkah ini merupakan reaksi setelah munculnya klaim tersebut.
b.      Oktober 2007 - Lagu yang sangat mirip “Rasa Sayang” menjadi soundtrack iklan pariwisata Malaysia yang dicurigai diambil dari lagu “Rasa Sayange”. Lagu ini pernah di-upload di situs resmi pariwisata Malaysia, http://www.rasasayang.com.my dan disiarkan oleh televisi-televisi di Malaysia. Klaim ini menuai kecaman hebat dari masyarakat Indonesia hingga DPR. Tapi Malaysia sempat berdalih lagu tersebut sudah terdengar di Kepulauan Nusantara sebelum lahirnya Indonesia. Sehingga tak bisa diklaim sendiri oleh Indonesia. Demikian juga lagu “Indang Bariang” yang merupakan lagu asal daerah Sumatera tersebut.
c.       21 November 2007 - Para seniman Ponorogo kaget oleh munculnya Tari Barongan yang sangat mirip Reog Ponorogo. Padahal Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah mendaftarkan Reog Ponorogo dan mendapatkan Hak Cipta No.026377 pada 11 Februari 2004.  Oleh Malaysia, tarian ini diberi nama Tari Barongan. Website Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia (http://heritage.gov.my)  pernah memampangnya dan menyatakan tarian itu  warisan dari Batu Pahat, Johor dan Selanggor Malaysia.
d.      25 November 2007 - Pada acara “Kemilau Nusantara 2007” di Bandung, Wakil Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Abdul Azis Harun, mengancam mengklaim Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Melayu. “Bahasa Melayu adalah Bahasa Malaysia,” katanya. Ancaman tersebut akan dilaksanakan bila masyarakat dan Pemerintah Indonesia  masih mempermasalahkan klaim Malaysia terhadap lagu “Rasa Sayange”  yang dibuat di Malaysia pada tahun 1907 dan tari Barongan.
e.       Juni 2008 - Staf Ahli Menko Kesra bidang Ekonomi Kerakyatan dan Informasi Malaysia, Komet Mangiri mengatakan bahwa Indonesia kalah cepat dari Malaysia dalam mematenkan batik. Tapi yang berhasil dipatenkan itu hanya motif Parang Rusak. Adapun motif-motif lainnya berusaha diselamatkan dengan dipatenkan sejumlah perancang dan Pemerintah Daerah ke Depkumham dan Pemerintah mematenkan ke UNESCO.
f.       Maret 2009 - Melihat perkembangan tersebut, Indonesia berupaya mematenkan batik, keris dan wayang. “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” kata Kabag Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Edi Irawan.
g.      Agustus 2009 - Tari Pendet menjadi iklan acara Discovery Channel bertajuk “Enigmatic Malaysia”. Setelah dipersoalkan selama beberapa hari, Discovery Channel akhirnya memunculkan iklan itu terhitung sejak senin 24 Agustus 2009. Pemerintah Malaysia menyatakan tak pernah mengklaim Tari Pendet.  
            Nota protes dialamatkan kepada Menteri Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia. Isinya uraian kasus-kasus yang terjadi antara kedua negara sejak dua tahun lalu, gara-gara klaim “Rasa Sayange”, “Indang Bariang”, “Reog Ponorogo” tersebut membuat marak demontrasi anti Malaysia di Indonesia. Nota protes dibahas pada sidang kabinet Malaysia, kata Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Selanjutnya, dibuat kesepakatan bahwa jika ada karya budaya yang berada dalam wilayah abu-abu (grey area) dan hendak dijadikan iklan komersial, harus saling memberitahu. Bila tidak ada pemberitahuan maka itu adalah pelanggaran etika.
            Oleh karena itu, Ketahanan dan kekuatan nasional sangat menentukan peranan negara dalam perkembangan dunia internasional. Namun demikian tidak berarti bahwa suatu negara harus memiliki secara mutlak keseluruhan dari unsur-unsur ketahanan dan kekuatan nasional tersebut. Selain dari unsur-unsur Ketahanan dan kekuatan nasional yang  dimiliki oleh suatu negara, maka faktor lain yang sangat mempengaruhi Ketahanan dan kekuatan nasional yang berkaitan dengan unsur-unsur Ketahanan dan kekuatan nasional tersebut adalah bagaimana suatu negara mampu mengelola dan memanfaatkan dari unsur-unsur Ketahanan dan kekuatan nasional tersebut. Sehingga suatu negara dapat turut berperan dalam percaturan dunia internasional.
Budaya Nasional merupakan aset Bangsa Indonesia yang harus memperoleh perhatian terutama di era Globalisasi saat ini. Budaya nasional menjadi bagian penting negara Indonesia yang dapat dikembangankan dan dikelola sebaik-baiknya. Itu penting agar dapat berfungsi lebih luas tidak hanya sekadar warisan ataupun adat istiadat masyarakat Indonesia yang dirayakan ataupun dilaksanakan pada saat peringatan hari Sumpah Pemuda atau hari Pahlawan saja. Budaya nasional harus menjadi bagian dari aset Bangsa Indonesia yang dapat mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan negara. Tentunya perlu ada suatu kesadaran secara nasional dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia pada semua aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2.      Ketahanan Nasional dalam Aspek Pertahanan Keamanan
Isu-isu yang akan dilakukan Australia dengan membangun pangkalan peluncuran satelit di Pulau Chrismast sebelah selatan Pulau Jawa yang berjarak kurang 500 km, hal ini merupakan serangan potensial untuk meluncurkan rudal jarak menenggah untuk menghancurkan kota Jakarta.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung dan tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar Tujuan Nasionalnya.
Aspek-aspek sosial dalam ketahanan nasional ada lima yaitu aspek ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan. Tiap aspek relatif berubah menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek sosial sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan komplek.

B.   Saran
Indonesia merupakan negara yang beraknekaragam kebudayaan. Maka dari itu banyak sekali perbedaan yang ada pada Indonesia. Maka dari itu upaya untuk mempertahankan Indonesia dari segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan di perlukan warga negara yang baik yang cinta akan tanah air.



DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningtyas, Safitri. Ketahanan Nasional Indonesia. http://safitrikusumaningtyas23-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-79340-PKn-Ketahanan%20Nasional%20Indonesia.html diakses pada 14 September 2015.

Lusyawati, Aspek-Aspek Sosial Ketahanan Nasional. http://bk13111-lusya.blogspot.co.id/2015/01/aspek-aspek-sosial-ketahanan-nasional.html diakses pada 14 September 2015.

Oktaviani, Netty. Aspek Sosial dalam Ketahanan Nasional. http://nettysadzali.blogspot.co.id/2012/05/aspek-sosial-dalam-ketahanan-nasional.html diakses pada 14 September 2015.

Sunarso dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press

No comments:

Post a Comment