Sunday, 11 November 2018

Contoh Makalah : AKHLAQ KEPADA ALLAH 3 (Muraqabah dan Taubat)


KATA PENGANTAR
            Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan/ menyusun makalah mengenai Akhlaq Kepada Allah 3.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini penyusun mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.      Bapak Edy Musoffa, Drs, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2.      Kedua orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan
3.      Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan makalah ini
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangannya karena keterbatasan penyusun.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Yogyakarta, Oktober 2018
                                                                                                Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-buat yang menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini berarti akhlak merujuk kepada seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah maupun batiniah yang merangkumi aspek amal ibadah, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang di bahas adalah akhlak kepada Allah SWT. Yaitu tentang muraqabah dan taubat. Sehingga nantinya seorang muslim akan menjadi seorang yang berakhlak mulia khususnya akhlak Kepada Allah SWT. Dan adapun akhlak kepada Allah yaitu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jadi seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu beriman dan taqwa kepada Allah SWT.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian muraqabah ?
2.      Pengertian dan dimensi taubat ?
C.    Tujuan
Mengetahui dan memahami pengertian muraqabah dan dimensi taubat
D.    Manfaat
Dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai pengertian muraqabah dan dimensi taubat.


BAB II
AKHLAQ KEPADA ALLAH 3
(Muraqabah dan Taubat)
A.    TINJAUAN PUSTAKA
1.      Muraqabah
Muraqabah berakar dari kata raqaba yang berarti menjaga, mengawal, menanti, mengamati. Semua pengertian kata raqaba tersebut bisa disimpulkan dalam satu kata yaitu pengawasan karena apabila seseorang mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menantikan, menjaga dan mengawalnya. Dengan demikian muraqabah bisa kita artikan dengan pengawasan.
Sedangkan yang dimaksud dengan muraqabah dalam pembahasan kita adalah kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu berada dalam pengawasan Allah SWT. Kesadaran itu lahir dari keimanannya bahwa Allah SWT dengan sifat ‘ilmu, bashar dan sama’ (mengetahui, melihat, dan mendengar) Nya mengetahui apa saja yang dia lakukan kapan dan di mana saja. Dia mengetahui  apa yang dipikirkan dan rasakan. Tidak ada satupun yang luput dari pengawasan-Nya. Digambarkan oleh Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 59 bahwa sebutir bijipun dalam gelap gulita bumi yang berlapis lapis tetap diketahui oleh Allah SWT. Perhatikan firman-Nya:

“ Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, taka da yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tidak sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfizh). (QS. Al-An’am 6:59)
Dalam beberapa ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwa Dia mengawasi segala tingkah laku hamba-Nya. Perhatikanlah beberapa firman berikut ini:

         Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An- Nissa 4:1)

“Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu. “ (QS. Al-Ahzab 33:52)
Menurut Rasulullah saw, muraqabah yang paling tinggi yaitu apabila seseorang dalam beribadah kepada Allah SWT bersikap seolah-olah dia dapat melihat-Nya. Sekalipun dia tidak dapat melihat-Nya, tapi dia yakin Allah SWT pasti melihatnya. Inilah yang dinamai oleh beliau dengan sikap ihsan sebagaimana jawaban beliau terhadap pertanyaan Jibril as:
“(Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seolah engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya tetapi sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.Muttafaqun ‘Allaih).
            Kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong sworang muslim untuk melakukan muhasabah (perhitungan, evaluasi) terhadao amal perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri. Muhasabah sesudah amal ada tiga macam :
a.       Muhasabah hak Allah SWT yaitu keikhlasan beramal karena allah, kesesuaian amalnya dengan petunjuk rasul, sikap ihsannya dalam beramal dll.
b.      Muhasabah amalan yang akan lebih baik tidak dilakukan dari pada melakukannya.
c.       Muhasabah amalan mubah atau kebiasaannya yaitu kenapa dia melakukannya?Apakah ia melakukannya karena mengingin ridha Allah dan akhirat. Jika memang mencari ridha Allah tentu dia beruntung, jika tidak dia akan merugi.

2.      Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi orang yang bertaubat kepada Allah SWT berarti orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat. Selain itu searti dengan taba
adalah anaba dan aba. Orang yang takut azab Allah disebut taib (isim fa’il dari taba), bila karena malu disebut munib (isim fa’il anaba) dan bila dikarenakan menganggungkan Allah SWT disebut awwab.
            Apabila seorang muslim melakukan kesalahan dia wajib melakukan taubat kepada Allah SWT. Kesalahan atau kemaksiatan yang dimaksud adalah semua kegiatan yang melanggar ketentuan syariat Islam, baik dalam bentuk meninggalkan kewajiban atau melanggar larangannya, baik yang termasuk shaghair (dosa kecil) atau kabair (dosa besar) Allah berfirman dalam QS. An-Nur 24:31 :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. “ (QS. An- Nur 24:31)
Sebagai seorang muslim, kita harus segera bertaubat apabila melakukan kesalahan atau kemaksiatan dan jangan menunda-nunda melakukan taubat. Bahkan seorang muslim dianjurkan untuk selalu bertaubat kepada Allah sekalipun dia tidak mengetahui kesalahannya. Disamping memerintahkan kepada umatnya untuk bertaubat, Rasullah saw menyatakan bertaubat sampai seratus kali sehari, beliau bersabda :
“ Hai manusia, bertaubat dan minta ampunlah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya saya bertaubat seratus kali dalam sehari. “ (HR. Muslim)
Bahwa kita tahu Rasullah saw adalah sebaik-baik manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Rasullah tidak pernah meninggalkan perintah dan tidak pula melanggar larangan-Nya. Manusia tentunya tidak luput dari kesalahan. Tapi sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. Rasullah saw bersabda :
“ Setiap manusia (dapat berbuat) salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat. “ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Allah SWT Maha Menerima taubat, betapapun besarnya dosa seorang manusia apabila bertaubat Allah pasti mengampuninya. Tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada jalan yang kebenaran, kecuali kalau nyawa sdah berada di tenggorokan atau matahari sudah terbit di barat, pintu taubat memang sudah tertutup. Rasullah bersabda :
“ Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu malam supaya bertaubat, orang yang berbuat salah siang hari. Dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari, supaya berbuat salah malam hari. Keadaan itu tetap terus hingga matahari terbit dari barat. “ (HR. Muslim)
“ Sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seseorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampaikan di tenggorokan. “ (HR. Tirmidzi)
Taubat yang sempurna harus memenuhi lima dimensi yaitu :
a.       Menyadari kesalahan
Seseorang tidak akan bertaubat kalau dia tidak menyadari kesalahannya. Di sinilah perlunya seorang muslim mempelajari ajaran Islam, terutama tentang perintah-perintah yang wajib diikuti dan larangan-larangan yang wajib ditinggalkannya.Dan disinilah pentingnya saling mengingatkan antar muslim. (wa tawashau bi al-haq)
b.      Menyesali kesalahan
Sekalipun orang tahu dia bersalah tetapi tidak menyesal telah melakukannya maka orang tadi belumlah dikatakan bertaubat. Rasullah saw bersabda :
“ Menyesal itu adalah taubat. ” (HR. Abu Daud dan Hakim)
c.       Memohon ampun kepada Allah SWT (istighfar)
Dengan keyakinan atau husn azh-zhan bahwa Allah SWT akan mengampuninya. Semakin banyak dan sering orang mengucapkan istighfar kepada Allah SWT semakin baik. Rasullah saw bersabda :
“Tidak ada dosa yang besar dengan istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau diulang-ulang. ” (HR. Thabrani)
d.      Berjanji tidak akan mengulanginya
Janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya dimulut, sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk kembali mengerjakannya. Taubat inilah yang dinamakan taubat sambal, waktu kepedesan menyatakan “kapok”, tapi besok-besoknya dimakan lagi.
e.       Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh
Untuk membuktikan bahwa dia benar-benar telah bertaubat, Allah SWT berfirman  :
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, kemudian tetap di jalan yang benar. “ (QS. Thaha 20:82)
Kebaikan yang dilakukan setelah bertaubat akan menghapus keburukannya pada masa yang lalu. Rasullah saw bersabda :
“ Bertaqwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu akan menghapuskannya, dan pergaulillah manusia dengan akhlaq yang baik. “ (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits Ahmad dan Thabrani memberikan perumpamaan bagaimana kebaikan menghapus keburukan : “ Perumpamaan orang yang mengerjakan perbuatan buruk kemudian mengerjakan perbuatan baik adalah seperti seseorang yang terbelenggu oleh rantai-rantai lalu dia melakukan kebaikan, maka terlepaslah satu ikatannya, kemudian dia melakukan kebaikan lagi, maka terlepaslah dia dari rantai lainnya sampai ia benar-benar terlepas. “ (HR. Ahmad dan Thabrani)
B.     PEMBAHASAN
Muraqabah merupakan akhlaq terpuji kepada Allah SWT. Muraqabah disini diartikan sebagai kesadaran seseorang muslim bahwa dia selalu berada dalam pengawasan Allah SWT. Jadi segala yang dilakukan oleh seorang manusia didunia ini diawasi oleh Allah SWT, meskipun hal yang sangat kecil. Dan taka da satupun yang tidak diawasi oleh Allah SWT.
Taubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali kepada sesuatu menuju sesuatu. Misalnya kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya dll. Semua muslim yang berbuat kesalahan atau maksiat wajib bertaubat. Karena manusia tidak luput dari kesalahan, tapi sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. Allah SWT maha peneria taubat. Jadi tidak ada dosa yang tidak terampuni kalau kita minta ampunan kepada Allah SWT dan tidak ada kata terlambat untuk bertubat sebelum maut datang menjemput yang tak tau kapan. Taubat memiliki lima dimensi agar taubat dikatakan sempurna yaitu menyadari kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampun kepada Allah SWT (istighfar), berjanji tidak akan mengulainginya dan menutupi masa lalu dengan amal shaleh.









BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
                 Muraqabah ialah kesadaran seseorang akan adanya pengawasan dari Allah SWT. Kesadaran itu lahir dari keimannan bahwa Allah SWT dengan sifat ‘ilmu, bashar dan sama’ (mengetahui,melihat dan mendengar)Nya mengetahui apa saja yang dilakukan kapan dan dimana saja. Kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong seorang muslim untuk melakuan muhasabah (perhitungan, evaluasi) terhadap amal perbuatannya, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri.
Taubat ialah Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik. Tidak ada dosa yang tidak terampuni kalau kita minta ampun kepada Allah dan tidak ada kata terlambat untuk bertaubat sebelum nyawa sampai ditenggorokan. Taubat yang sempurna harus memenuhi lima dimensi yaitu menyadari kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampun kepada Allah SWT berjanji tidak akan mengulanginya dan menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh.












DAFTAR PUSTAKA

Yunahar Ilyas. 2000. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta : LPPI UMY


No comments:

Post a Comment