KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang mengamalkan islam I (Taqwa, cinta, dan ikhlas kepada Allah SWT).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang mengamalkan islam I (Taqwa, cinta, dan ikhlas kepada Allah SWT) ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Yogyakarta,
06 Oktober 2018
Penyusun
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Perihal mengenai Aqidah ataupun Tauhid
tak akan lepas dari Arkanul Iman (Rukun Iman). Secara bahasa Aqidah diartikan
dengan : Simpulan, ikatan dan sangkutan. Secara teknis diartikan dengan : Iman,
kepercayaan dan keyakinan. Adapun pandangan Ulama’ Islam menetapkan : Aqidah
adalah kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan
dalil.
Iman atau percaya kepada Tuhan
merupakan fitrah manusia sebagai makhluk yang diciptakan, karena ia tak mampu
hadir tanpa ada yang menghadirkan. Petunjuk akal telah menyatakan kewujudan
Allah, karena seluruh makhluk yang ada ini, termasuk yang sudah berlalu maupun
yang akan datang kemudian, sudah tentu ada pencipta yang menciptakannya. Yang
artinya, tidak ada suatu hasil penciptaan tanpa Pencipta. ”Apabila anda
ditanya, dengan apa anda mengenala Rabb anda?Maka jawablah,dengan ayat-ayat dan
makhluk-makhluk-Nya.Diantara ayat-ayat-Nya adalah malam,siang,matahai dan
bulan.Diantara makhluk-makhluk-Nya adalah tujuh langit dan tujuh bumi beserta
siapa saja yang berada didalamnya serta apa saja yang berada diantara keduanya.
Pencakupan Iman kepada Allah swt mencakup empat hal : 1).Iman kepada
kewujudan(adanya allah),2).Iman kepada Rububiyyah-Nya,3).Iman kepada
Uluhiyyah-Nya,4).Iman kepada nama-nama dan sifat-Nya.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud dengan taqwa, cinta, dan
ikhlas?
·
Bagaimana agar kita bisa meningkatkan
taqwa, cinta, dan ikhlas?
1.3
Tujuan Penulisan
Agar kita bisa lebih mengimani Allah
SWT dengan cara bertaqwa, mencintai dan ikhlas kepada Allah SWT.
BAB II Pembahasan
A. BERTAQWA
1.
Pengertian taqwa
Secara etimologis kata
"taqwa" dalam bahasa Arab bersal dari akar kata
"waqa-yaqi-wiqayah" yang berarti "menjaga." Secara
terminologis kata tersebut didefinisikan sebaga: "menjaga diri dari
siksaan Allah dengan mentaati segala perintah-Nya dan enjauhi segala larangan-Nya.
Orang yang bertagwa dala bahasa Arab disebut "muttaqi" . Bentuk
jamak/pluralnya "muttaqi" (orang-orang yang taqwa).
2.
Buah dari taqwa
a.
Mendapatkan sikap "forqan",
sekap tegas membadakan anatara yang haq dan yang batil, benar dan salah, halal
dan haram sehingga Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan, dan engapuni
dosa-dosa orang yang benar-benar taqwa kepada-Nya.
يا
أيها الذين ءامنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا و يكفر عنكم سيئاتكم و يغفرلكم
والله ذو الفضل العظيم (الأنفال: 29)
"Hai orang-orang
yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan
kepadamu "furqan" dan menghapuskan segala kesalhanmu dan mengampuni
(dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." QS. Al-Anfal: 29)
b.
Mendapatkan berkah dari langit dan
bumi
و
لو أن أهل القرى ءامنوا و اتقوا لفتحنا عليهم بركت من السماء و الأرض و لكن كذبوا
فأخذنهم بما كانو يكسبون. (الأعراف: 96)
"Jikalau sekiranga
penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al-A'raf: 96)
c.
Mendapatkan jalan keluar dari
kesulitan
و
من يتق الله يجعل له مخرجا (الطلاق:2)
"Barang siapa yang
bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membuatkan baginya jalan keluar."
(QS. At-Thalaq; 2)
d.
Mendapatkan rizki tanpa diduga-duga
و
يرزقه من حيث لا يحتسب (الطلاق: 3)
"…Dan Dia akan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka." (QS> At-Thalaq:
3)
e.
Mendapatkan kemudahan dalam urusannya
و
من يتق الله يجعل له من أمرخ يسرا (الطلاق: 4)
"Dan barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kebudahan dala
urusannya." ( QS. At-Thalaq: 4)
B.
CINTA DAN RIDHA
1.
Pengertian
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang hatiya sangat suka dan sayang kepada yang dicintainya.
2.
Tingkatan
Bagi seorang mukmin, cinta kepada Allah di atas segala cintanya
kepada yang lain. Jika dibuat tingkatan, maka cinta kapada Allah dan Rasulnya
berada di urutan atas (al-Mahabbah al-ula), cinta kepada ayah, anak,
sanak saudara, istri, harta, kedudukan dan sebagainya berada di urutan
tengah (al-Mahabbah al-wustha)yang harus berada di bawah cinta utama dan
karena itu tidak boleh melebihi cinta
utama. Jika sampai terjadi demikian maka cinta menengah akan turun ke tingkat
rendah(al-Mahabbah al-adna).
Allah berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 24:
قل
إن كان ءاباؤكم و ابناؤكم و إخوانكم و أزواجكم و عشيرتكم و أموال قترفتموها و
تجارة تحشون كسادها و مساكن ترضونها أحب اليكم من الله و رسوله وجهاد فى سبيله
فتربصوا حتى يأتى الله بأمره و الله لا يهدى القوم الفاسقين (التوبة: 24)
"Katakanlah: "Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, sanak-saudara, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (Q.S. At-Taubah/9:
24)
Sejalan dengan cinta kepada
Allah, seorang muslim haruslah ridha, menerima dengan sepenuh hati segala
sesuatu yang datang dari Allah dan Rasulnya, baik yang berupa perintah,
larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya.
Allah berfirman:
قل
إن كنتم تحبون الله فاتبعونى يحببكم الله و يفرلكم ذنوبكم و الله غفور رحيم (ال
عمران: 31)
"Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengesihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang."
(QS. 'Ali 'Imran/3: 31)
Sudah seharusnya juga seorang
mukmin rela menerima segala qadha dan qadar Allah terhadap
dirinya. Dia akan mensyukuri setiap nikmat-Nya, dan bersabar atas cobaan-Nya.
C.
IKHLAS
1.
Pengertian
Secara etimologis, kata ikhlas berasal dari bahasa Arab akhlasha-ikhlash
yang berarti membersihkan, menjernihkan, atau memurnikan.
Secara terminologis,
ikhlash adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
2.
Unsur-unsur ikhlash
a.
Niat yang Ikhlash (ikhlashun- niyah).
Semua perbuatan yang dilakukan seorang muslim haruslah dilandasi niat yang
ikhlash, semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
إنما
الأعمال باالنيات و إنما لكل امرئ ما نوى.....(رواه البخارى و مسلم)
"Sesunggguhnya
setiap amal perbuatan tergantung kepada apa yang diniatkan….." (HR.
Bukhari dan Muslim)
b.
Beramal dengan sebaik-baiknya (itqanul-'amal). Seorang muslim yang telah niat dengan ikhlas
untuk melakukan suatu perbuatan, harus membuktikannya dengan melakukan
sebaik-baiknya. Mengerjakan sesuatu seenaknya, asal-asalan, tanpa memerhatikan
kualitas kerja bertentangan dengan dasar keikhlasan.
إن
الله ثعالى يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه. (رواه البيهاقى)
"Sesungguhnya Allah
SWT menyukai, apabila seseorang beramal, dia melakukannya dengan
sebaik-baiknya." (HR. Baihaqi)
c.
Memanfaatkan hasil usaha dengan tepat
(jaudatul-ada'). Hasil yang diperoleh
seorang muslim haruslah
dimanfaatkan untuk kepentingan-kepaentingan yang diridhai Allah SWT.
قل
إن صلاتى و نسكى و محياى و مماتى لله رب العالمين (الأنعام: 162)
"Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)
و
ما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء... (البينة: 5)
" Dan
mereka hanyalah diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus… (QS. Al-Bayyinah/98:
5)
Bersyukur ketika mendapat nikat,
dan bersabar ketika menghadapi cobaan merupakan buakh keikhlasan. Seorang yang
ikhlas tidak akan sombong ketika berhasil, dan tidak putus asa ketika gagal.
Lawan dari iklash adalah riya,
melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau lainnya.
Kata riya berasal dari araa-yurii yang berarti
"memperlihatkan." Riya adalah perbuatan memperlihatkan kebaikan yang
dilakukan untuk mengcari pujian orang lain, tidak mencari ridha Allah.
إن
المنافقين يخادعون الله و هو خادعهم و إذا قاموا إلى الصلوة قاموا كسالى يراءون
الناس و لا يذكون الله إلا قليلا (النساء: 142)
"Sesungguhnya orang-orang
munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Merka bermaksud riya
dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali." (QS. An-Nisa/4: 142)
يايها
الذين امنوا لا تبطلوا صدقتكم بالمن و الأذى كالذى ينفق ماله رئاء الناس و لا يؤمن
بالله و االيوم اللأخر , فمثله كمثل صفوان عليه ثراب فاصابه وابل فتركه صلدا, لا
يقدرون على شئ مما كسبوا و الله لا يهدى قوم الكفرين. (البقرة: 264)
"Hai orang-orang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerimanya) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena
riya kepada manusia dan dia beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan
orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian hujan itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatu apapun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah tidak memberi
member petunjuk orang-orang kafir ." (QS.
Al-Baqarah/2: 264)
No comments:
Post a Comment